Selasa, 28 Februari 2012

Dilengkapi Sajian Kesenian Malang Raya


KOTA WISATA BATU harus mampu membangun rest area, yang dilengkapi kamar mandi untuk menampung 3.000 orang dalam sehari. Dengan kapasitas seperti itu, setidaknya dibutuhkan 70 unit kamar mandi bagi para wisatawan. Minimal, rest area harus menampung sekitar 10 bus.
Harapan itu dikemukakan Drs Sarbini M. Phil, sesepuh Forum Silaturahmi Insan Pariwisata (Posipa) Indonesia yang berpusat di Jogjakarta. Melihat pertumbuhan kota ini yang pesat, dinilai Sarbini justru tak diikuti fasilitas tersebut. Padahal selama ini, kebutuhan utama orang yang hendak berwisata dengan armada bus, tak lain tempat transit.
“ Selain kamar mandi, rest area itu juga harus bisa dipakai untuk sarapan pagi sekitar 3000 orang. Jadi harus dilengkapi warung-warung ataupun rumah makan,” ungkapnya kepada mingguan Kota Wisata (Malang Post Group).
Keberadaan zona istirahat itu, bakal menjadi solusi kemacetan ataupun solusi atas ketidaknyamanan wisatawan. Sehingga ketika berada di tempat wisata, mereka sudah rapi dan tinggal menikmati suasana. Bukan malah kebingungan mencari kamar mandi ketika pertama kali datang ke lokasi wisata. “Saya kira jika ada rest area, maka kemacetan akan teratasi juga,” tandasnya.
Gayung itu justru disambut Pemkab Malang, yang wilayahnya berbatasan dengan kota ini. Tender Detail Engineering Design (DED) rest area di Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, sudah dilakukan. Kolasinya pun sangat strategis berada di pintu masuk menuju Kota Batu dari arah Surabaya, yang benar-benar cukup ideal.
Didik Gatot Subroto, Kades Tunjungtirto Kecamatan Singosari, sekaligus pemerhati Kota Batu mendukung penuh upaya itu. Menurutnya, pemerintah dan masyarakat harus menseriusi pembangunan tersebut dengan menyiapkan infrastruktur dan SDM. Contohnya, pemerintah berkewajiban melebarkan jalan raya, sedangkan masyarakat meningkatkan kapasitas mereka.
“Masyarakat setempat harus mampu menjadi guide lokal, dengan memperdalam pengetahuan potensi daerah mereka serta Malang raya, karena rest area ini juga harus menjadi pusat informasi,” tegas Didik yang belakangan ini getol membangkitkan potensi desa wisata Kota Batu ini.
Paling utama, dinas lain seperti Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar, juga wajib menyiapkan diri. Termasuk juga Dinas Koperasi dan UMKM, yang segera melakukan inventarisir potensi. Rest area harus dilengkapi pusat oleh-oleh, yang nantinya diisi pelaku usaha yang diinventarisir kedua dinas itu.
”Seluruh potensi Kabupaten Malang dan Kota Batu, harus bisa ditampilkan di tempat itu melalui inventarisasi produk unggulan oleh dinas terkait, baik dalam bentuk oleh-oleh dan suvenir yang layak disajikan,” bebernya.
Donowarih sendiri, juga memiliki potensi agrobis. Yakni, sisi kanan memiliki potensi lereng pegunungan dengan tanaman Apel sehingga bisa menjadi ikon baru disertai sajian budaya. ” Untuk rest area, minimal ada mini of center, sehingga bisa menampung semua budaya Malang raya secara bergantian,’’ tegasnya
Bupati Malang, Rendra Kresna menegaskan, bahwa demi mewujudkan rest area itu, tahun ini Pemkab telah mengguyur anggaran untuk Detail Engineering Design (DED). Dan terkait kerjasama keberadaan rest area  untuk kepentingan wisata di Batu, bupati juga sudah siap diajak koordinasi oleh Walikota Batu, Eddy Rumpoko.
Sekdes Donowarih, Heri Wahyudi mengatakan sejumlah paket wisata sudah dipersiapkan untuk menyambut pembangunan itu.  Diantaranya wisata Gunung Mujur, Kolam Renang Argo Kecncana, petik buah jeruk dan kesenian jaran kepang di Dusun Boro Gragal, serta Sumber Air Karangan. (bagus ary wicaksono/samsuliono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar