Malang, Portal-Nasinal.Com
Komitmen LSM ORPPAT melestarikan hutan masih terus bergelora. Khususnya menghijaukan Gunung Mudjur, Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso – Malang. Langkah itu dimulai sejak Nopember 2009 diareal Gunung Mudjur yang berketinggian sekitar 1600 meter. Minggu pagi 27 Pebruari 2010, sekitar 300 mahasiswa Fisip Universitas Brawijaya (Unbraw) bersama para dosennya dan kelompok pecinta alam Unbraw yang menamakan organisasinya Kompas mengunjungi lereng Gunung Mudjur. Pagi itu bersama Orppat melakukan penanaman bibit pohon Euchayliptus sebanyak 1500 pohon. Ketua umum Orpat, Purwanto Hadi ditengah komunitas mahasiswa merasa senang atas dukungannya. Dalam kata sambutannya memberikan pandangan betapa kepedulian lingkungan terhadap hutan memiliki makna yang sangat berarti bagi kehidupan umat manusia. “Mari kita galakkan penghijauan hutan. Obsesi kita terhadap masyarakat hutan agar bisa memberdayakan petani disini. Sehingga rasa memiliki hutan akan semakin kuat. Memang perjuangan kita selama ini cukup berat. Karena tidak saja dari oknum petani, melainkan juga oknum LMDH dan Perhutani ikut andil merambah hutan,” kata Purwanto Hadi bersemangat seraya mengungkap perjuangannya sudah mengeluarkan dana hampir Rp 100 juta.
Ditengah himpitan perekonomian global yang tak menentu, anggota Orppat setiap minggu tetap melakukan aktivitas penanaman dan pengawasan terhadap tanaman tegakan dan produktip yang ditanam di Gunung Mudjur. Kendati perjalanannya penuh dengan suka duka untuk meyakinkan para petani.
“Alhamdulillah kerja keras kita sudah mulai direspon Perhutani. Insyaallah dalam waktu dekat jalinan kerjasama dengan Perhutani akan dituangkan dalam MoU (memorandum of understanding),” kata Slamet Ihwan Spdi, Pembina Orppat. Sinyal itu bisa ditangkap dari ucapan Asper RPH Karangan, BKPH Singosari, KPH Malang, S.Hut. Menurutnya, awalnya fihak perhutani masih ragu kehadiran LSM Orppat dalam aktivitasnya di Gunung Mudjur. Namun persepsi itu lambat laun semakin terkikis.
Komitmen LSM ORPPAT melestarikan hutan masih terus bergelora. Khususnya menghijaukan Gunung Mudjur, Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso – Malang. Langkah itu dimulai sejak Nopember 2009 diareal Gunung Mudjur yang berketinggian sekitar 1600 meter. Minggu pagi 27 Pebruari 2010, sekitar 300 mahasiswa Fisip Universitas Brawijaya (Unbraw) bersama para dosennya dan kelompok pecinta alam Unbraw yang menamakan organisasinya Kompas mengunjungi lereng Gunung Mudjur. Pagi itu bersama Orppat melakukan penanaman bibit pohon Euchayliptus sebanyak 1500 pohon. Ketua umum Orpat, Purwanto Hadi ditengah komunitas mahasiswa merasa senang atas dukungannya. Dalam kata sambutannya memberikan pandangan betapa kepedulian lingkungan terhadap hutan memiliki makna yang sangat berarti bagi kehidupan umat manusia. “Mari kita galakkan penghijauan hutan. Obsesi kita terhadap masyarakat hutan agar bisa memberdayakan petani disini. Sehingga rasa memiliki hutan akan semakin kuat. Memang perjuangan kita selama ini cukup berat. Karena tidak saja dari oknum petani, melainkan juga oknum LMDH dan Perhutani ikut andil merambah hutan,” kata Purwanto Hadi bersemangat seraya mengungkap perjuangannya sudah mengeluarkan dana hampir Rp 100 juta.
Ditengah himpitan perekonomian global yang tak menentu, anggota Orppat setiap minggu tetap melakukan aktivitas penanaman dan pengawasan terhadap tanaman tegakan dan produktip yang ditanam di Gunung Mudjur. Kendati perjalanannya penuh dengan suka duka untuk meyakinkan para petani.
“Alhamdulillah kerja keras kita sudah mulai direspon Perhutani. Insyaallah dalam waktu dekat jalinan kerjasama dengan Perhutani akan dituangkan dalam MoU (memorandum of understanding),” kata Slamet Ihwan Spdi, Pembina Orppat. Sinyal itu bisa ditangkap dari ucapan Asper RPH Karangan, BKPH Singosari, KPH Malang, S.Hut. Menurutnya, awalnya fihak perhutani masih ragu kehadiran LSM Orppat dalam aktivitasnya di Gunung Mudjur. Namun persepsi itu lambat laun semakin terkikis.
Dana Terseok-Seok
“Ternyata Orppat memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Terbukti LSM ini komit terhadap kelestarian hutan Mudjur,” ujar Muhlisin seraya bertekad mundukung penuh program Orppat terhadap kelestarian hutan.
“Ternyata Orppat memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Terbukti LSM ini komit terhadap kelestarian hutan Mudjur,” ujar Muhlisin seraya bertekad mundukung penuh program Orppat terhadap kelestarian hutan.
“Saya kira kehadiran Orppat di Mudjur menguntungkan Perhutani. Karena kita ikut membantu melestarikan hutannya. Apalagi bibit tanaman kopi dan sejenisnya juga kita membeli dari perhutani. Harapan kita, Perhutani juga komit terhadap pro rakyat kecil. Jangan membuat aturan yang mengkerdilkan masyarakat hutanb. Seperti contoh masyarakat hutan tidak boleh membangun rumah tinggal di kawasan hutan membuat dinding semen dengan alas tanah dari keramik. Harus dinding gedek dan lantai tanah. Saya kira kalau aturan itu diterapkan, tak ubahnya kita mewarisi aturan kolonial Belanda. Mestinya kita berwawasan luas kedepan demi Bangsa Indonesia. Mereka juga ingin hidup layak, kebutuhan papan tempat tinggal yang memadai. Tapi saya melihat Perhutani sudah mulai melunak dalam pengeterapan aturan tersebut. Terbukti, bangunan musollah di Desa Sumbersari cukup permanen,” kata H. Suwandono yang juga selaku pembina Orppat seraya mengakui hubungan dengan perhutani sudah cukup baik.
LSM Orppat yang lahir dan berkantor di Desa Donowarih, Kecamatan Karang Ploso – Kabupaten Malang ini sejak awal mematok target mengelola lahan Gunung Mudjur seluas 670 hektar dari keluasan 1018 hektar. Namun masih terkendala dana yang terseok-seok.
“Bibit tanaman dari kita, dengan pembagian hasil prosentase 30 persen petani (penggarap), 40 persen LSM Orppat, dan 30 persen Perhutani (dengan rincian 10 persen LMDH, 10 persen Muspika, dan 10 persen Perhutani),” papar Suwandono. (ab)
LSM Orppat yang lahir dan berkantor di Desa Donowarih, Kecamatan Karang Ploso – Kabupaten Malang ini sejak awal mematok target mengelola lahan Gunung Mudjur seluas 670 hektar dari keluasan 1018 hektar. Namun masih terkendala dana yang terseok-seok.
“Bibit tanaman dari kita, dengan pembagian hasil prosentase 30 persen petani (penggarap), 40 persen LSM Orppat, dan 30 persen Perhutani (dengan rincian 10 persen LMDH, 10 persen Muspika, dan 10 persen Perhutani),” papar Suwandono. (ab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar