Sabtu, 04 Desember 2010

Korban Kiai Mukhlas Diduga Sebanyak 27 Orang

Pengasuh Pesantren Diduga Cabuli Pasiennya


 
Jum'at, 03 Desember 2010 19:18:02 WIB
Reporter : Yatimul Ainun

Malang (beritajatim.com) - Luar biasa kalau hal ini memang terbukti nantinya. Bayangkan saja, korban yang sudah mengaku dicabuli oleh terduga Kiai Mukhlas, hingga kini sudah mencapai 27 orang. Para korban tersebut bukan hanya terdiri dari pasien terduga, tetapi juga santrinya sendiri.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu seorang guru yang mengajar di Madrasah Aliyah (MA), di pesantren yang diasuh oleh Kiai Mukhlas itu. "Saya mengajar mata pelajaran Alquran dan bahasa Arab di MA sejak tugas PPL dari kampus. Sampai sekarang masih tetap ngajar di pesantren itu," kata pria berinisial AM ini kepada beritajaim.com saat ditemui di kantor desa mengikuti aksi, Jumat (3/12/2010).

Menurut AM, setelah kasus dugaan pencabulan oleh Kiai Mukhlas kepada pasiennya itu mencuat, pihaknya selaku guru di pesantren yang diasuh Kiai Mukhlas, banyak dilapori para santri perempuan yang sekaligus muridnya itu.

"Dari para korban yang mengaku kepada saya, baik dari pasien sendiri dan juga para sanrti, totalnya ada 27 korban. Itu yang mengaku kepada saya sendiri secara langsung. Saya tidak mengada-ada. Itu laporan korban sendiri kepada saya," katanya.

Lebih lanjut, berawal dari laporan korban itu cerita AM, pihaknya terus menyelidiki aktifitas Kiai Mukhlas saat berada di rumahnya. "Yang saya tahu, setiap malam Kiai Mukhlas itu memang rutin membakar kemenyan di rumahnya. Bahkan wajib katanya, wajib bakar kemenyam kalau malam Jumat legi. Itu sebagai pentuk sesajin untuk pasien," jelas kepada para wartawan saat itu.

Akibat ulah Kiai Mukhlas itu, banyak guru di sekolah pesntren itu yang tidak simpati kepada Kiai Mukhlas. "Dia itu tak punya karisma. Sudah tak dihormati lagi sama masyarakat disini. Karena terbongkar kedoknya. Sejak sebelum bulan Ramadan, kiai Mukhlas itu sudah tidak kelihatan di rumahnya. Tidak pernah mengaji di pondoknya," katanya.

Kiai Mukhlas sendiri adalah cucu dari Kiai Ismail, pendiri dari pesantren yang berlokasi di Dusun Karangan RT 03 RW 01 Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. "Saya sebagai guru di pesantren itu tak akan berbohong mas. Ini saya katakan apa adanya," katanya.

Dari informasi yang ia ketahui, saat Kiai Muhklas menerima pasien, memang dijampi-jampi akan merasa cinta dan menuruti kepada Kiai Mukhlas. "Wajar kalau banyak perempuan dan juga santri yang mengabdi di dalemnya itu mau di cabuli. Saya selalu bilang kepada siswa saya disana, belajar ya belajar, mengabdi ya mengabdi," katanya.

AM sendiri, siap mengabdi mengajar di pesantren tersebut bukan karena Kiai Mukhlas. "Tetapi saya mengabdi itu karena takdim kepada Kiai Ismail, pendidi pesantren itu. saya mengajar disana hanya mengabdi untuk Kiai Ismail," akunya.

Hal yang berbeda, usai aksi di kantor Desa Donowarih, puluhan warga dan suami korban nekat mendatangi komplek pesantren yang diasuh Kiai Mukhlas itu. walaupun sudah tidak diperbolehkan oleh pihak kepolisian, warga tak puas aksi di kantor desa.

Dengan kawalan ketat dari kepolisian, di halaman pesantren di jaga puluhan anggota polisi  Mapolsek Karanglposo. "Saya harap jangan ada yang masuk dan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Apalagi izin aksinya hanya di kantor desa," kata Kapolsek Karangploso Iptu Sugeng H. Tak lama di halaman pesantren, puluhan peserta aksi langsung membubarkan diri, karena tak ingin mengganggu aktifitas belajar mengajar para santi saat itu.

Beberapa poster yang dibawanya itu, hanya ditembelkan di tebok pagar masuk depan pesantren. Sementara di dalam pesantren terlihat beberapa santri hanya menyaksikan peserta kasi itu. "Ayo pulang, jangan ganggu pesantren. Pesantren ini bukan milik pobadi. Tetapi milik umum. Karena yang bejat itu Kiai Mukhlasnya," kata KS, suami korban, sembari mengajak pendemo pulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar